Selasa, 16 September 2014

“Stress, Politisi, Pemekaran”

“Tiap Manusia tak luput dari rasa stress”. Menyusuri kehidupan dalam dunia, setiap manusia tentu akan hadapi rasa steres. Mukin disebab karena istrinya selingkuh, juga putus cinta. Bagi yang masih status  kulia, disebabkan,  karena  tugas numpuk. Dikalangan para politisi, steres karena  kalah berpolitik bahkan tidak diberikan jabatan pada sebuah intansi.
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat
Dua bulan lalu, Indonesia gelar pesta demokrasi. Pesta demokrasi di tahun 2014, dinilai buruk dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, ada sebagai politisi yang mengadukan kasus pengalihan suara di Makahmah Konstitusi (MK).
Hapir saja demokrasi Indonesia luntur. Tapi nyatanya Demokrasi Indonesia “Paling Buruk” di  Asia bahkan di Dunia. Namun, wajarlah, konflik politik terjadi dikalangan para politisi di Indonesia.
“Untuk pribadi saya sedang menghadapi stress, hanya disebabkan karena banyak kerjaan yang hingga kini belum diselesaiakn secara tuntas. Namun, saya menganggap bawah persoalan ini, merupakan sebuah ujian bagi pribadi saya.
Selain itu, Pemerintah Indonesia sedang menghadapi nasib ini. Diakibatkan karena utang Negara terus meningkat, juga didalam negeri sendiri menghadapi banya problem yang rumit untuk dituntaskan dalam waktu singkat.
Rasa “Stres” bagi pemerintah Indonesia akan usai, jika nasionalisasikan perusahan-perusahan asing yang sedang beroperasi di Indonesia. Naman disisi lain juga, Indonesia harus  berani “melepaskan” beberapa wilayah yang ingin menetukan nasib sendiri. Kedua, hal tersebut ialah opsi baik, juga sebagai solusi.
Konteks Papua, Banyak Politisi berkompetisi untuk memekarkan masing-masing daerah, disebabkan hanya karena “Steres”, yang akibatkan dari kalah politik  pada pilkada di kabupaten sebelumnya. Rupanya hal tersebut merupakan sebuah dinamika yang kini sedang dan atau sudah terjadi di tanah Papua.
Ulah dari-dari orang “Stres” itu, mengakibatkan koban terhadap rakyat kecil yang tak tahu apa-apa.  Saat ini, banyak politisi di Papua lebih mengingkan hidup hedonism. “Stres yang dihadapi para politisi di tanah Papua, tidak akan usai. Selagi orang Papua masih bersama colonial Indonesia.
Tidak lama ini, dua puluh dua Kota/Kabupaten di Provinsi Papua direncananya akan dimerkarkan. Para aktivis pemerkaran tidak sadar akan hal dampak negative, yang kemudian hari akan berdampak bagi oaring asli Papua.
“Strres, Stres, dan stress. Akan terus menghampiri kehidupan setiap manusia di Dunia. Pemekaran, pemekaran dan pemekaran akan dijuangkan oleh para aktivis pemekaran di tanah Papua, selagi Papua masih dibawah naungan Indonesia.
Konflik para politisi tidak akan usai hingga kapan pun.


0 komentar:

Posting Komentar