Minggu, 05 Oktober 2014

SOAL TOLERANSI AGAMA, INDONESIA HARUS BELAJAR DARI PAPUA BARAT



Tolong, tolong disimak baik2 foto (Umat Muslim kampung Sekru Fakfak, Papua Barat brduyung2 memanggul Salib Isa Al Masih, Yesus Kristus, mnuju Gereja Katolik St. Paulus, Wagom).
Sebuah sikap toleransi dan kekeluargaan yg patut diteladani krn dpt mjd pemersatu atas perbedaan ras, suku, bahkan AGAMA apa pun.INGAT!Tuhan itu bkn agama Islam, Kristen, Katolik, Yahudi, Ortodox, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, atau aliran/agama apapun.


Pemerintah Indonesia klaim diri Negara demokrasi, akan tetapi penerapan demokrasi tidak sesuai dengan ideology Pancasila dan Undang-Undang 1945.  Dalam penulisan ini akan saya beberkan soal dasar Negara pada poin pertama, berbunyi “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa”. Soal toleransi agama menjadi sebuah polemic di Indonesia hingga kini belum dituntas dari rezim ke rezim. Namun, ingin saya menyatakan, “Indonesia harus belajar dari Papua Barat, soal bertoleransi antar Agama.

Dari sejarah ke sejarah telah mencatat, konflik di Papua bukan konflik agama akan tetapi konflik yang diciptakan colonial Indonesia. Dengan proses pembiaran tersebut, Pemerintah Indonesia sendiri mengucilkan ideologinya sendiri. Contoh Kasus, konflik antara agama di tasik dan di beberapa lainnya di Indonesia.

Mengingat berbagai rentetan konflik agama di Indonesia namun ingin saya tekankan bawah INDONESIA harus banyak belajar dari PAPUA BARAT.

Mengapa saya bilang Indonesia harus belajar dari Papua ?

Toleransi antar agama di Papua, berawal sejak kerajaan Tidore masuk di Fak-Fak Papua hingga serang. Di saat umat Muslim merayakan hari raya-Nya tentu Umat Kristen akan berpartisipasi, begipun Umat muslim.

Uniknya !
“Jika merencanakan pembangunan mesjid, yang akan menjadi Panitia pembangunan ialah kaum Kristen. Dan juga Pembangunan Gereja, tentu yang akan menjadi Panitia Pembangunan ialah kaum Muslim”.

Apakah tersebut akan di contohi penganut agama di Indonesia ? sebab, keterpurukan bangsa Indonesia, juga konflik terus meningkat hanya karena  soal konflik agama.

Persoalan itu tidak terjadi sebuah transpormasi dalam waktu sekejap, akan tetapi butuh proses untuk menciptakan  perdamaian antar agama di Indonesia. Juga kaum penganut agama di perlu belajar mantan Presiden ke-empat Indonesia Alm. Gurdur. Belian di kenal sebagai sosok Plarisme yang paham mengenai Plarisme di Indonesia.


0 komentar:

Posting Komentar