Pemerintah
Indonesia klaim diri Negara demokrasi, akan tetapi penerapan demokrasi tidak
sesuai dengan ideology Pancasila dan Undang-Undang 1945. Dalam penulisan ini akan saya beberkan soal
dasar Negara pada poin pertama, berbunyi “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa”. Soal toleransi
agama menjadi sebuah polemic di Indonesia hingga kini belum dituntas dari rezim
ke rezim. Namun, ingin saya menyatakan, “Indonesia harus belajar dari Papua Barat,
soal bertoleransi antar Agama.
Dari
sejarah ke sejarah telah mencatat, konflik di Papua bukan konflik agama akan tetapi
konflik yang diciptakan colonial Indonesia. Dengan proses pembiaran tersebut,
Pemerintah Indonesia sendiri mengucilkan ideologinya sendiri. Contoh Kasus, konflik
antara agama di tasik dan di beberapa lainnya di Indonesia.
Mengingat
berbagai rentetan konflik agama di Indonesia namun ingin saya tekankan bawah
INDONESIA harus banyak belajar dari PAPUA BARAT.
Mengapa
saya bilang Indonesia harus belajar dari Papua ?
Toleransi
antar agama di Papua, berawal sejak kerajaan Tidore masuk di Fak-Fak Papua
hingga serang. Di saat umat Muslim merayakan hari raya-Nya tentu Umat Kristen
akan berpartisipasi, begipun Umat muslim.
Uniknya
!
“Jika
merencanakan pembangunan mesjid, yang akan menjadi Panitia pembangunan ialah
kaum Kristen. Dan juga Pembangunan Gereja, tentu yang akan menjadi Panitia
Pembangunan ialah kaum Muslim”.
Apakah
tersebut akan di contohi penganut agama di Indonesia ? sebab, keterpurukan
bangsa Indonesia, juga konflik terus meningkat hanya karena soal konflik agama.
Persoalan
itu tidak terjadi sebuah transpormasi dalam waktu sekejap, akan tetapi butuh
proses untuk menciptakan perdamaian
antar agama di Indonesia. Juga kaum penganut agama di perlu belajar mantan
Presiden ke-empat Indonesia Alm. Gurdur. Belian di kenal sebagai sosok Plarisme
yang paham mengenai Plarisme di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar