Nasional
Papuan Solidarity atau yang singkat NAPAS adalah sebuah organ gerakan untuk
bersuara demi rakyat Papua. Pada awalnya, Kaka Marthen Goo Dkk bentuk di
Jakarta. Upaya yang dilakukan NAPAS adalah untuk menjalin solidaritas dari organ-organ
kiri di Indonesia untuk bersuara akan persoalan di Tanah Papua.
Namun,
tak lama kemudian, di bentuk kordinator di masing-masing Kota Studi. Kota Study
Bandung dipercayakan kepada saya, dan akhirnya saya menelpon kaka Marthen untuk
datang sosialisasi di Bandung. Maka, Kaka Marthe memenuhi panggilan saya.
Kemudian, Kaka Mago, Kaka Jhopak, dan Kaka Dokter Pekei, lalu mulai jelaskan
tentang masalah Papua, tepatnya di asrama Mahasiswa Wamene, di Rajawali Kota
Cimahi.
Dua
hari kemudian, Pengurus pusat di Jakarta intruksikan untuk aksi serentak soal penolakan
terhadap “Operasi Militer di Papua dan Hentikan kekerasan terhada rakyat sipil
di tanah Papua. Kemudian, Opsi yang di tuntut saat aksi kepada pemerintah
Indonesia adalah segerah menggelar “Dialog” guna menuntas sejumlah masalah yang
sedang mengancam eksitensi orang asli Papua.
Maka.
Kami dari kota study Bandung, turun jalan, didepan Gedung Sate. Saya bikin
spanduk, juga dipercayakan sebagai Kordinator aksi. Terlihat kondisi, mahasiswa
Papua merasa ketakutan, karena aksi tersebut adalah aksi pertama kali yang kami
laksanakan.
Disela
aksi banyak wartawan yang datang liput berita kami. Semua pemberitaan, sesuai
dengan tuntutan kami. “Syukur, aksi bisa berjalan dengan aman dan damai.
Kemudian,
kami kembali ke asrama Papua dan menggelar evaluasi bersama. Namun, untuk selanjutnya.
Kami selalu diskusi tentang masalah Papua. Banyak Ide-ide yang timbul pada
setiap kami.
Pada
sebulan kemudian, Nasional Papuan
Solidarity pusat utus Kaka Frans Tomoki untuk datang sosialisasi di Bandung.
Pada
pukul 07.00 Wib tiba di asrama saya. Namun, secara tak terduga, di kabarkan melalui
media massa bawah ada konfrensi untuk dukung Palestina Merdeka. Yang hadir
dalam konfrensi tersebut adalah sekitar 135 negara.
Informasi tersebut, didapat oleh salah satu
wartawan MS, Mathu Badii kemudian di kabarkan kepada saya. Pas, pada malam itu
juga saya ajukan surat ijin kepada pihak kepolisian, dan akhirnya pada keesok
harinya kami turung jalan di depan Gedung Merdeka jalan Asia Afrika Bandung
Jawa Barat.
Tuntutan
kami adalah, Indonesia jangan hanya bicara soal krisis kemanusiaan di palestina
tapi segera usut tuntas soal krisis kemanusiaan yang dihadapi rakyat Papua di
tanah Papua.
“Sebab,
nasib yang dihadapi rakyat Palestina sama dengan Papua saat ini.
Usai
aksi kami kembali ke Asrama Papua. Namun, selesai evaluasi di Asrama Papua. NAPAS
diminta oleh Akamisi Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk jadi pemateri pada
Seminar tentang Papua di Kampus urutan ketiga di Indonesia itu.
Selesai
pertemuan dengan pihak kampus ITB. Saya langsung menelpon Kaka Marthen untuk
datang menjadi pemeteri dalam diskusi itu. Maka, Kaka Mago bersedih, namun pada minggu
ketiga, Kaka Mago datang saat pelaksanaan lalu memaparkan tentang konflik Politik,
Sosial dan Budaya di Tanah Papua. Pelaksanaa diskusi tersebut langsung
ditayangkan melalui Televisi Paris Van Java (PJTv).
Kaka
Marthen, menjelaskan kondisi Hak Asasi Manusai di Indonesia, khusus di Papua, “Wah,
luar biasa Kaka Marthen kuasai pembicaraan selama diskusi berjalan, sampe para
Guru Besar ITB kaku komunikasi atau salah bicara.
0 komentar:
Posting Komentar